Sunday, October 24, 2010

Bentuk Cinta.


Cintaku, jangan jadikan perpisahan dengan-Mu sebagai nikmat bagiku. Sulitkanlah setiap langkahku, rintangilah setiap jalanku. Agar aku semakin rindu dan mencintai perjumpaan dengan-Mu. Sungguh dalam setiap perjalanan, seseorang hanya ingin cepat sampai di tujuan dan tidak ingin berlama- lama di persinggahan. Lalu mengapa aku tetap tertahan di persinggahan? Cukupkanlah bekalku, bekalku hanya kecintaanku pada-Mu.


Cinta dalam level tertingginya ialah cinta kepada Tuhan, seseorang yang telah mencapai tingkatan ini akan meninggalkan ketergantungannya dan keterikatan hatinya kepada dunia. Tetapi bukan lantas menjadikan mereka mengharamkan sesuatu yang halal bagi mereka. Mereka hanya berusaha memerdekakan hati mereka dari keterikatan terhadap dunia. Mereka disebut sebagai zahid, atau orang – orang yang zuhud. Zuhud berarti menahan diri, bukan lantas menjadikan kita tidak menelantarkan keluarga demi ibadah yang terus menerus kepada Tuhan, namun seperti kata Imam Ali as, “Bukanlah seorang zahid itu adalah orang yang tidak memiliki apapun, tapi seorang zahid itu ialah yang hatinya tidak dimiliki oleh apapun.” Dharah bin Dhammah pernah bercerita di hadapan Muawiyah tentang Ali bin Abi Thalib. “Aku bersaksi telah melihatnya suatu ketika, di saat malam menjulurkan tirainya dan bintang – bintang mulai redup terbenam: ia berdiri di mihrabnya bagai tersengat ular berbisa, gelisah laksana seorang yang sangat parah sakitnya, menangis tersedu – sedu memegangi janggutnya seraya berbisik, ‘Wahai dunia, bukan aku orangnya yang bisa kauperdayakan. Adakah untukku engkau berhias? Atau kepadaku engkau mengharap. Tidak? Telah kuceraikan engkau dengan tiga talak hingga tak mungkin lagi engkau kembali. Usiamu pendek. Nilaimu rendah, tapi bahayamu besar. Oh, betapa sedikitnya bekal, jauhnya perjalanan, dan sunyinya perantauan.” Seseorang yang telah mencapai derajat zuhud seperti ini sulit untuk merasakan kekecewaan dalam hidup. Karena ia menyadari cinta yang telah diberikan Allah Swt kepadanya. Bahwa segala nikmat dan cobaan yang datang kepadanya tiada lain ialah bentuk kasih sayang Tuhan kepadanya.
Manusia yang telah membebaskan diri dari keterikatan hatinya terhadap dunia akan mengalami sebuah pengalaman spiritual dan ruhani yang tinggi. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Barangsiapa yang zuhud dalam dunia, tidak sedih karena kehinaannya (dunia) dan tidak ambisius untuk memperoleh kemuliaannya, Allah akan memberinya petunjuk tanpa melewati petunjuk makhluk-Nya. Dia akan mengajarinya ilmu tanpa ia mempelajarinya. Allah mengokohkan hikmah dalam hatinya dan mengeluarkan hikmah itu melalui lidahnya.” (Al-Bihar 78:63) Para sufi menyebutnya ilmu laduni. Ilmu yang diberikan Allah langsung tanpa perantara makhluk-Nya. Kita dapat memperoleh dalam epistemologi Islam ilmu yang didapat lewat pengamatan empiris seperti sains, atau ilmu yang didapat melewati permenungan rasional seperti filsafat, juga melalui guru – guru Anda. Namun semua ilmu tersebut pada hakikatnya tetap Anda peroleh dari Allah melalui makhluk-Nya. Anda dapat memperoleh ilmu langsung dari Allah Swt. Dia mengilhamkannya langsung ke dalam hati Anda seperti seorang Ibu yang merasakan anaknya dalam situasi yang berbahaya tanpa seorang pun memberitahunya. Ilmu semacam itulah yang bisa menjelaskan mengapa orang – orang suci dapat tahu sebelum diberi tahu. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Bila kalian zuhud, kalian akan dibebaskan dari penderitaan dunia, dan memperoleh kebahagiaan di kampung yang kekal (akhirat).” (Ghurar al-Hikam).

No comments:

Post a Comment