Monday, October 25, 2010

TIGA POINT DISKUSI MENIKAH

 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم



ألسـلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Beberapa kali diajak diskusi dengan teman mengenai keinginan mereka untuk segera menyempurnakan dien-nya membuat saya jadi 'panas' juga akhirnya. Bukan berarti saya akan segera menikah, tetapi saya 'gerah' untuk menyampaikan pendapat saya kepada mereka yang mungkin saat ini berada pada titik keraguan atas pilihan yang membentang di depan mata.

Setiap kita pasti punya rencana, proyeksi dan target yang harus dicapai guna menuju masa depan yang gilang gemilang dan cerah ceria. Namun adakalanya, ketika kita sedang menuju kearah pencapaian cita-cita tidak sedikit godaan yang membuat kita menjadi goyah pendirian.

Kebanyakan teman-teman saya mengatakan ingin segera menikah karena keinginan mereka untuk menjaga diri. Salut untuk niatan mereka. Namun saya sampaikan juga kepada mereka, apa itu benar? Apakah hanya faktor itu?

Inilah beberapa masukan yang saya berikan kepada teman-teman atas rencana mereka;

1. LURUSKAN NIAT

"Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung kepada niatnya". Demikian bunyi hadits pertama dalam kitab 'Arbain An-Nawawi. Kenapa niat? Niat adalah asas, pondasi. Ia juga merupakan syarat bagi sempurnanya sebuah amal ibadah. Menikah adalah ibadah. Ia merupakan sebuah bentuk ikatan yang suci dan tentu saja ada konsekuensi yang mengiringi keindahannya. Jangan sampai kita melacurkan diri hanya karena mengikuti trend, termakan idealisme apalagi ego. Sekali lagi menikah adalah sebuah amanah. Niat itu harus datang dari dalam hati kita masing-masing, bukan dari hasil contekan.

2. KESIAPAN DIRI

Setelah kita mengucap 'Bismillah…', selanjutnya kita ukur kesiapan diri. Bukan hanya dari segi materi, tetapi juga mental. Coba tanya pada hati nurani kita; apakah kita memang sudah siap untuk semua ini? Apakah kita siap mengemban amanah ini? Apakah kita siap dan sanggup menerima semua resiko? Tanya dengan sejujur-jujurnya!. Menikah bukan hanya untuk 1 atau 2 tahun, tapi selamanya (InsyAllah). Jangan sampai suatu saat nanti setelah mengarungi bahtera rumah tangga muncul pikiran dalam benak kita "SEANDAINYA SAJA..?". Ketika kita sudah berazam atas sesuatu, maka wajib bagi kita untuk bertawakal. Pernyataan "Seandainya..?" akan membuka pintu bagi setan. Naudzubillah min dzalik…

3. JANGAN IRI DENGAN APA YANG TERJADI PADA ORANG LAIN

Jodoh, rejeki dan umur manusia sudah Allah tetapkan ketika ia masih berupa janin. Dan itu berlaku untuk seumur hidup. Mungkin banyak dari kita yang berpikiran atau mengatakan: "si Fulan setelah menikah IP-nya bagus.." atau "Setelah walimah usaha Akh Fulan tambah maju aja." Kita jangan tergiur oleh fenomena ini. Menikah bukanlah faktor dominan atasnya. Apa yang terjadi pada orang lain belum tentu berlaku juga bagi kita. Karena Allah telah menakar segala sesuatunya bagi setiap makhluk-Nya.

Tiga poin itulah yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman semua. Ini bukan untuk mengendurkan ghirah suci Antum semua. Hanya sekedar bahan untuk memantapkan niatan suci kalian. Agar kita semakin mantap dalam menapaki hidup dan kehidupan nantinya.

Mazz adeeth minta maaf apabila terdapat kekurangan/kesalahan dalam penulisan ini, karena dangkalnya pengetahuan dalam mendalami Islam sebagai agama yang dicintai. Semua hanya berpulang kepada niat baik dan didasari hati yang ikhlas, tulus, serta niat ingin berbagi.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Smoga bermanfaat.
Amieeeen,...61x.

وألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات


Mazz Adeeth ألفقير


CIREBON, Sabtu 30 Januari 2010

No comments:

Post a Comment