Monday, October 25, 2010

MENIKAH, HIDUP JADI LEBIH SEHAT

 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم



ألسـلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Seorang pemuda yang baru saja menikah diitanya oleh rekannya:"Bagaimana rasanya nikah?" Jawab pemuda itu: "Wah payah, enaknya cuma 5 persen!" Rekannya bertanya lagi penasaran: "Ah masak sih?". "Iya, yang 95 persennya, enak banget!" Jawab pemuda itu sambil tersenyum lebar.

Ungkapan tersebut, kendati cuma guyonan tapi mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Dalam sebuah acara talk show di salah satu stasiun televisi swasta, seorang nara sumber yang menjadi pengasuh sebuah pesantren di daerah Jawa Barat menceritakan perkawinan salah satu santrinya itu.

"Saya jadi bingung, kenapa santri saya yang baru nikah dilaporkan hampir setiap hari pingsan. Apakah karena kesehatannya yang menurun atau ada hal lain. Lalu, ketika saya berkesempatan langsung menanyakan apa sebabnya. Santri itu bukannya menjawab, malah tersenyum malu," katanya.

Tentu saja, pengasuh ponpes itu sudah mahfum dengani senyum malu tersebut. Pingsan yang dimaksud itu bukan lantaran fisik atau kesehatannya yang lemah, justru sebaliknya. Lebih tegap dan sehat. Hanya saja, mereka masih hijau saat merumput dalam dunia lain yang belum pernah dialami sebelumnya.

Di samping itu, kehidupan perkawinan, ternyata, membawa pengaruh baik pada kesehatan. Pria atau wanita yang telah menikah lebih sedikit yang merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol dan menjadi lebih rajin berolahraga, dibandingkan pria atau wanita yang belum menikah atau berpisah dari pasangan. Mereka juga lebih jarang mengalami sakit kepala atau stres. Demikian yang terlihat dari laporan hasil pusat statistik kesehatan di Amerika Serikat.

Walaupun pria yang menikah mempunyai kesehatan yang baik, tapi mereka cenderung lebih gemuk setelah menikah. Pria yang belum menikah, jarang yang mengalami masalah kegemukan ini. Mengapa ini terjadi? Para ahli statistik masih belum mampu menjawabnya.
Untuk masalah merokok, pria menikah dan tidak menikah memiliki perbedaan nyata. Hanya separuh dari pria menikah yang menjadi perokok dibanding para pria yang telah bercerai atau pria yang belum menikah. Mereka yang hidup bersama tanpa menikah, juga lebih sering yang mengalami masalah kesehatan dibanding dengan mereka yang menikah.

Hasil ini diperoleh dari wawancara terhadap 125.545 orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas. 58,2% diantaranya telah menikah, 10,4% telah bercerai atau berpisah dengan pasangannya, 6,6% adalah janda, 5,7% hidup dengan pasangannya dan 19% belum pernah menikah
Kelihatannya, pria atau wanita yang berada dalam wadah perkawinan akan merasa mendapat lebih perlindungan dan dukungan dalam hal sosial, ekonomi, psikologis dan juga dalam pola hidup sehat. Mereka yang menikah akan merasa aman dan lebih mantap dalam menjalani hidupnya. Sehingga mereka menjadi lebih sehat dibanding dengan pria-wanita yang blm menikah, berpisah atau bercerai.

Pernikahan memang fitrah manusia, untuk menyalurkan hasrat biologis secara syah dan bermartabat. Bukan dengan cara sembarang yang justru bisa mengundang berbagai penyakit kelamin. Seminar-seminar yang mengangkat tajuk tentang bahayanya virus HIV/AIDS mengakui bahwa pernikahan merupakan satu-satunya jalan keluar yang paling aman dan sukses untuk mencegah penyakit yang belum ada obatnya itu ketimbang hanya menyarankan dengan penggunaan kondom.
Secara alami, syahwat bisa disalurkan dengan baik dengan pasangannya, tidak hanya bisa meningkatkan rasa cinta antara suami istri, tapi juga, keharmonisan rumah tanggapun turut terjaga.

Dalam suatu riset di Amerika, ditemukan pula, bahwa, pasangan yang telah menikah, hidupnya lebih teratur, terbebas dari rasa ketakutan dari penularan penyakit kelamin yang pernah menyerang remaja dan pria atau wanita dewasa yang lebih suka hidup tanpa ikatan perkawinan. Hidup yang teratur itu yang menyebabkan hidup mereka lebih baik dalam tatanan dan kesehatan.

Jika pun ada perbedaan pendapat, itu wajar terjadi. Karena, kedua pasangan berasal keluarga, pendidikan, umur, etnis dan segalanya sesuatu yang berbeda, pasti akan memicu perbedaan. Namun, rumah tangga yang sehat, akan menjadikan perbedaan itu sebagai nuansa penambah wawasan. Dan, bukan sebagai penyebab perpecahan.
Dalam perspektif kejiwaan, menikah dan membangun rumah tangga yang tentram, bahagia dan penuh cinta itu sama seperti layaknya membangun rumah yang proses pembangunannya mesti dikerjakan secara berurutan, dan menempatkan bagian-bagian rumah tersebut secara tepat dan harmonis.

Sebagai fondasinya adalah saling pecaya. Kemudian, di atas fondasi itu dibangun pilar-pilar atau tiang-tiang utama yang berupa sifat kepemimpinan suami. Tegak atau condongnya pilar kepemimpinan ini akan mempengaruhi tegak atau condongnya bangunan yang nantinya akan berdiri.
Setelah itu, di atas fondasi yang sama dan bersandar pada tiang-tiang utama tadi, dibangunlah dinding yang berfungsi sebagai pembentuk bangunan tadi, pembatas dari area luar dan penyekat antara ruangan. Cantik atau tidaknya bangunan, tergantung dari penempatan dan pengaturan dinding tadi.

Dinding ini adalah sifat iman seorang isteri.
Pada dinding tadi, dibuat pula jendela yang berfungsi sebagai pengatur keluar masuknya cahaya matahari dan udara segar. Makin baik jendela tadi berfungsi, tentu makin lancar pula sirkulasi cahaya dan udara segar. Jendela inilah tunduk dan taatnya isteri.
Pada dinding itu pula tentu dibuat pintu, yang berfungsi sebagai tempat lalu lalangnya orang-orang yang keluar masuk rumah. Pada saat-saat tertentu pintu itu dibuka, dan di saat-saat tertentu ditutup. Inilah fungsi mampu menjaga dari seorang isteri.

Tetapi walaupun itu semua telah dibuat dan ditegakkan, belumlah bangunan tadi disebut rumah. Sebab ia membutuhkan atap sebagai pelindung dari panas maupun hujan. Ketika panas, ia berfungsi sebagai peneduh dan penyejuk. Ketika hujan ia berfungsi sebagai pemayung dan penghangat. Tentunya, bersandar kepada Tuhan dan mengikuti ajarannya.
Manakala setiap pasangan menjalankan fungsi-fungsi tadi dengan baik, maka hidup tidak hanya menjadi lebih sehat. Tapi, juga, rumah tangga yang penuh dengan rasa tentram, bahagia dan penuh cinta akan terwujud.

Kami minta maaf apabila terdapat kekurangan/kesalahan dalam penulisan ini, karena dangkalnya pengetahuan dalam mendalami Islam sebagai agama yang dicintai. Semua hanya berpulang kepada niat baik dan didasari hati yang ikhlas, tulus, serta niat ingin berbagi.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Smoga bermanfaat.
Amieeeen,...61x.

وألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات


CIREBON, Jum'at 12 Februari 2010.

No comments:

Post a Comment