Sunday, August 15, 2010

Berikanlah Cinta

Kita dilahirkan dengan dua mata di depan, karena seharusnya kita melihat
yang ada di depan dan bukan yg sudah berlalu.

Kita lahir dengan dua telinga, satu kiri dan satu di kanan sehingga kita
dapat mendengar dari dua sisi dan dua arah. Menangkap pujian maupun
kritikan, dan mendengar mana yang salah dan mana yang benar.

Kita dilahirkan dengan otak tersembunyi di kepala, sehingga bagaimanapun
miskinnya kita, kita tetap kaya. Karena tak seorang pun dapat mencuri isi
otak kita. Yang lebih berharga dari segala permata yang ada.

Kita dilahirkan dengan dua mata, dua telinga, namun cukup dengan satu mulut.
Karena mulut tadi adalah senjata yang tajam, Yang dapat melukai, memfitnah,
bahkan membunuh.
Lebih baik sedikit bicara, tapi banyak mendengar dan melihat.

Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita. Untuk menghargai
dan memberikan cinta kasih dari dalam lubuk hati. Belajar untuk mencintai
dan menikmati untuk dicintai, tetapi jangan pernah mengharapkan orang lain
mencintai anda dengan cara dan sebanyak yang sudah anda berikan.

Berikanlah Cinta tanpa mengharapkan balasan, maka anda akan menemukan bahwa
hidup ini terasa menjadi lebih indah.

Inilah pidato seorang anak yang menggetarkan para pemimpin PBB

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki,
seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental
Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri
untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah
lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB,
dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah
pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa
pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga
bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai
ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan
tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)



Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental
Children Organization
Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12
dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga,
Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk
bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda
sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di
sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan
masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum
atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi
semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia
yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat
yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan
habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena
berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena
saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa
tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker.
Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu
persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar
binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan
burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal
tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini
ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap
bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua
pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki
semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa
anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai
asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang
telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di
tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak
tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota
perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah
ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi
- dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua
adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih
dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi
udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan
tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu
untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak
ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi
dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan
dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda,
komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah
satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku
kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan
makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih
sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia
sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan
yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari
anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak
yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau
pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua
uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat
kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa
indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk
berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan
orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang
kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk
berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang
anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda
melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah
yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua
seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan
mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang
terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari
segalanya."

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda
semua? Ayah saya selalu berkata, "Kamu akan selalu dikenang karena
perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu".

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari.
Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya
menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
***********

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi
PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya
dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang
yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan
yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri
karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan
isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju
berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato.
Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh
asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak
yang berusia 12 tahun "

Dibalik Kisah Seorang Ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya"
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu.

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia....
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu ....
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Kisah Nyata…Tujuh kali naik Haji tidak bisa melihat Ka’bah

Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji.

Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. “Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah”.

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, “Ummi undzur ila Ka’bah (Bu, lihatlah Ka’bah).” Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.

Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitullah, mengharap rahmatNYA. Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak. Anak yang saleh itu berniat akan kmebali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan di dekat Ka’bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak bisa melihat Ka’bah.

Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya.

Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap. Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.

Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karena kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa kesulitan berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud.

Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan mau menelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut. Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun mau menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya.

“Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele,” kata ulama itu pada Sarah.

Sarah terdiam sejenak. Kemudian ia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat kabar dari Sarah. Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon. “Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” cerita Sarah akhirnya. “Oh, bagus…..Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia,” potong ulama itu. “Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang. Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.

“Disana….” sambung Sarah, “Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.
“Astagfirullah……” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.

Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting.

Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dala perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.

“Cuma itu yang saya lakukan,” ucap Sarah.
“Cuma itu ? tanya ulama terperangah. “Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !”. ucap ulama dengan nada tinggi.

“Lalu apa lagi yang Anda kerjakan ?” tanya ulama itu lagi sedikit kesal.
“Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.”
“Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,” kata ulama.

“Ya, tapi saya memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir.”
“Maksudnya ?”. tanya ulama tidak mengerti.

“Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.”

“Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.”

Mendengar penuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.

“Cuma itu yang kamu lakukan ? Masya Allah….!!! Saya tidak bisa bantu anda. Saya angkat tangan”.

Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu.

Akhirnya ulama itu berkata, “Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda.”

Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah t elah bertobat atas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya. Karena tak juga memperoleh kabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang diterima ulama itu.

“Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad,” ujar Hasan.

Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut.

“Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?”. tanya ulama itu.

Hasanpun akhirnya bercerita : Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayit.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian karena pekerjaan mereka tak juga usai. Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri.

Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,” Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!”. kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian mengebumikan ibunya.

“Aku minta supaya kau jangan menengok ke belekang, sampai tiba di rumahmu, “pesan lelaki itu.

Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kenazah ibunya.

Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langka h seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu.

Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karena terbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu.

Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin Allah akan hilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.

Curahan Hati Sang Mentari

Pagi itu..
Sang surya tak seperti biasanya
Membawa kehangatan dan kebahagiaan
kepada semua makhluk yang di sapanya..
pagi itu..
sang surya tak sehangat biasanya
cahayanya redup, sapaannya dingin..
hai sang surya.. ada apa gerangan denganmu?
Sang surya pun bercerita..

…..
“aku sangat sedih..sedih sekali..
Dulu.. saat aku terbit, aku mendengar tasbih, tahmid, takbir dan istighfar
Dari hamba-hamba Rabb-ku yang senantiasa berdzikir
Dan mereka menyambutku dengan segenap rasa syukur..
Tapi kini..
Aku tak mendengar lagi suara-suara itu..
Yang aku dengar hanyalah celaan dan dengkuran
Mereka mencelaku karna mengganggu dengkuran mereka..
Tasbih, tahmid dan dzikir yang dulu slalu kudengar kini sudah tak ada
Padahal dulu, semua itu membuatku bersemangat untuk terbit di pagi hari..
Kini yang kudengar hanyalah dengkuran, musik dan nyanyian
Dulu mereka gunakan cahayaku untuk membaca Al-Qur’an
Tapi kini mereka gunakan cahayaku hanya untuk baca Koran
Kalau bukan karna perintah Rabb-ku, nisacaya aku tak mau lagi berjalan
Rasanya aku ingin sekali untuk berhenti bersinar..
Aku rindu orang-orang yang dulu ku dengar suaranya
Yang senatiasa menyambutku dengan lantunan dzikir, do’a dan Al-Qur’an
….”
Setelah itu sang surya diam seribu bahasa.. dan akhirnya menangis hingga
Air matanya barcucuran membasahi bumi..

Inilah Cinta

Inilah cinta

Kala ruh, darah, dan jasad ini

Adalah bukti cinta para pecinta sejati

Layaknya jantung yang terkoyak milik Hamzah bin abdul mutthalib

Tubuh yang tercabik berpuluh pedang milik anas bin abi nadr di perang uhud

Hingga tiada terkenali kecuali dari jarinya yang tersisa

Inilah cinta

Kala maal, jiwa dan raga

Adalah saksi cinta tak terbantahkan

Cinta Abu Bakar yang tak ragu menginfakkan segala hartanya bagi Islam dan

Mentsiqohkan keluarganya pada Rabb dan RasulNya

Inilah cinta

Kala tetesan peluh, tetesan darah, degupan jantung

Menoreh sejarah sepanjang masa

Cinta seorang Hasan al banna yang menggelora akan kebangkitan Islam

Tetesan darah yang menjadi saksi jihad, dan sisa detak jantung yang terus
menabuhkan genderang jihad hingga detik ini

kala tak satupun orang yang boleh menolongnya, dan asy syahid Hasan al banna
syahid kala tetes darahnya berakhir

Inilah cinta...

Cinta yang membuat khalid bin walid lebih menyukai malam-malam dingin di
medan jihad

Dibandingkan malam-malam hangat bersama istri tercintanya

Inilah cinta..

Yang terlukis dari senyuman indah Sayid Qutb kala kerinduannya bertemu
Rabbnya terkabul dari tiang gantungan

Inilah cinta

Kala Nusaibah dan Al Khansa

Rela menginfakkan keluarganya dan berdarah-darah demi menjaga Rasulullah

Ikhwati fillah inilah cinta..

Cinta yang membuat manusia biasa menjadi manusia-manusia langit

Cinta yang membuat kekasih kita Rasulullah saw

Di akhir hidupnya terus berkata umati.umati. umati

Inilah cinta yang terang

Cinta yang berbuah jannati

Cinta para pecinta sejati

( azsya )

Yang merindu satu cinta yang terang...

Kini hingga akhir masa..

Air Mata Keinsafan

Telah banyak air mata yang tumpah atas nama taubat
Sebanyak itu pula diri ini menghianat
Setiap air mata itu menjadi cerminan dosa yang penuh kabut
Namun cerminan itu juga memudar dengan cepat
Atas nama keinsafan
Air mata menitik dalam seduh sedan
Galau yang meronta di hati insan
Meluluh lantakkan keimanan
Duhai Rabb…
Diri ini kembali terjerembab
Dalam hina yang biadab
Kaki tak bisa lagi menapak
Atas nama keinsafan
Kembali bulir air mata mengguncang
Wahai Rabb yang membolak balikkan hati insan
Terima taubatku…

Kisah Taubatnya Malik bin Dinar (Seorang Ulama Besar)

Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, dia pernah ditanya tentang sebab-sebab dia bertaubat, maka dia berkata : "Aku adalah seorang polisi dan aku sedang asyik menikmati khamr, kemudian aku beli seorang budak perempuan dengan harga mahal, maka dia melahirkan seorang anak perempuan, aku pun menyayanginya.

Ketika dia mulai bisa berjalan, maka cintaku bertambah padanya. Setiap kali aku meletakkan minuman keras dihadapanku anak itu datang padaku dan mengambilnya dan menuangkannya di bajuku, ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal dunia, maka aku pun sangat sedih atas musibah ini.

Ketika malam dipertengahan bulan Sya'ban dan itu di malam Jum'at, aku meneguk khamr lalu tidur dan belum shalat isya'. Maka aku bermimpi seakan-akan qiyamat itu terjadi, dan terompet sangkakala ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan aku berada bersama mereka, kemudian aku mendengar sesuatu yang bergerak dibelakangku.

Ketika aku menoleh ke arahnya kulihat ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan membuka mulutnya menuju kearahku, maka aku lari tunggang langgang karena ketakutan,

Ditengah jalan kutemui seorang syaikh yang berpakaian putih dengan wangi yang semerbak, maka aku ucapkan salam atasnya, dia pun menjawabnya, maka aku berkata :

"Wahai syaikh ! Tolong lindungilah aku dari ular ini semoga Allah melindungimu". Maka syaikh itu menangis dan berkata padaku :

"Aku orang yang lemah dan ular itu lebih kuat dariku dan aku tak mampu mengatasinya, akan tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu",

Maka aku bergegas lari dan memanjat sebuah tebing Neraka hingga sampai pada ujung tebing itu, aku lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja aku terjatuh kedalamnya karena rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu seorang menjerit memanggilku,

"Kembalilah engkau karena engkau bukan penghuni Neraka itu!", aku pun tenang mendengarnya, maka turunlah aku dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku itu juga kembali. Aku datangi syaikh dan aku katakan,

"Wahai syaikh, aku mohon kepadamu agar melindungiku dari ular itu namun engkau tak mampu berbuat apa-apa". Menangislah syaikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang lemah tetapi pergilah ke gunung itu karena di sana terdapat banyak simpanan kaum muslimin, kalau engkau punya barang simpanan di sana maka barang itu akan menolongmu"

Aku melihat ke gunung yang bulat itu yang terbuat dari perak. Di sana ada setrika yang telah retak dan tirai-tirai yang tergantung yang setiap lubang cahaya mempunyai daun-daun pintu dari emas dan di setiap daun pintu itu mempunyai tirai sutera.

Ketika aku lihat gunung itu, aku langsung lari karena kutemui ular besar lagi. Maka tatkala ular itu mendekatiku, para malaikat berteriak : "Angkatlah tirai-tirai itu dan bukalah pintu-pintunya dan mendakilah kesana!" Mudah-mudahan dia punya barang titipan di sana yang
dapat melindunginya dari musuhnya (ular).

Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada beberapa anak dengan wajahberseri mengawasiku dari atas. Ular itu semakin mendekat padaku, maka aku kebingungan, berteriaklah anak-anak itu :

"Celakalah kamu sekalian!, Cepatlah naik semuanya karena ular besar itu telah mendekatinya"Maka naiklah mereka dengan serentak, aku lihat anak perempuanku yang telah meninggal ikut mengawasiku bersama mereka. Ketika dia melihatku, dia menangis dan berkata :

"Ayahku, demi Allah!" Kemudian dia melompat bak anak panah menuju padaku, kemudian dia ulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya, kemudian dia ulurkan tangan kanannya ke ular itu, namun binatang tersebut lari.

Kemudian dia mendudukkanku dan dia duduk di pangkuanku, maka aku pegang tangan kanannyauntuk menghelai jenggotku dan berkata :

"Wahai ayahku! Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah". (QS. Al-Hadid : 16).

Maka aku menangis dan berkata : "Wahai anakku!, Kalian semua faham tentang Al-Qur'an", maka dia berkata :

"Wahai ayahku, kami lebih tahu tentang Al-Qur'an darimu", aku berkata :

"Ceritakanlah padaku tentang ular yang ingin membunuhku", dia menjawab :

"Itulah pekerjaanmu yang buruk yang selama ini engkau kerjakan, maka itu akan memasukkanmu ke dalam api Neraka", akau berkata :

"Ceritakanlah tentang Syaikh yang berjalan di jalanku itu", dia menjawab : "Wahai ayahku, itulah amal shaleh yang sedikit hingga tak mampu menolongmu", aku berkata :

"Wahai anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", dia menjawab :
"Kami adalah anak-anak orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat, kami menunggu kalian hingga datang pada kami kemudian kami memberi syafa'at pada kalian". (HR. Muslim dalam shahihnya No. 2635).

Berkata Malik : "Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman keras itu dan kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian aku bertaubat pada Allah, dan inilah cerita tentang taubatku pada Allah".

Ibu, Aku Rindu...

Kesunyian menenggelamkan ku pada mimpi hampa. Ketika kucoba memahami makna hidup yang sudah sering kulupakan hingga satu petuah bijak pun kuabaikan bahkan sempat kutanggalkan cintamu di ujung persimpangan gang kedewasaanku. Aku terkapar dihamparan luas kebohongan diri. Aku melupa. Aku memanja pada dunia yang tak kekal cintanya. Dan kini aku sendirian bak cacing kepanasan, menggeliat-liat di tanah merah ujung kematian. Terjeratku pada janji kepalsuan lantaran salah dalam sebuah pilihan. Apakah hidup sebuah pilihan? Aku tergagu menatap jalanan yang kian menyempitkan harapan.
Memang pilihan itu ada di garis tanganku sendiri tapi entah mengapa aku tak mencoba untuk mencari tahu akan makna tentang garis-garis kehidupan yang tergurat jelas dalam genggaman tanganku ini. Hingga aku terpojok pada persimpangan gang kehidupan. Sungguh bukan gang kebahagiaan yang kupilih untuk masa depan melainkan gang kegelapan yang kuagungkan diantara kaki-kaki kecil berlari menata mimpi. Setidaknya mimpi kelam yang kuukir dari hidupku belasan tahun ini.
Sungguh sekali pun jika kutanyakan pada diri ini tentang hal apa yang telah kuberikan padamu, jawaban yang tersirat adalah kosong lantaran sama sekali belum ada satupun yang mampu kuberikan padamu sebagai ganti darah dan keringat yang kau teteskan saat kau melahirkanku ke dunia. Aku tahu engkau memang tak mengharapkan apa-apa dariku sebagai belas kasihmu. Dan memang bukan harapanku untuk melupakannmu.
Dosakah aku ibu jika pernah sekali waktu kulupakanmu dari benak mimpiku meskipun kau tak pernah terhempas dari relung-relung jiwaku. Namamu memang terukir indah dalam hati setelah nama Sang Illahi menguasai jiwa. Tapi entah mengapa wajahmu menghilang dari angan seakan ikut tenggelam dalam kehampaan malam-malam ku menanti sang lelaki datang mengagahi bayangan.
Sekian tahun engkau pergi meninggalkanku. Sekian tahun pula aku melupakanmu dan sekian tahun pula kucoba menutup rapat-rapat pintu hatiku untuk merindukanmu. Apalagi untuk meneteskan airmataku ini sekedar tuk kujadikan pelipur laraku, aku enggan ibu. Aku memilih mengasingkan diri dari kerinduan menggebu ini dan bergelut diantara rindu-rindu palsu menari-nari indah dalam setiap kelopak mata bergenangkan airmata kerinduanku untukmu. Dan kini aku merindukanmu ibu.

Peluklan diriku agar tak jauh denganmu
Lebih baik kau tidur diatas pangkuanku
Sebelum terlena senandungkanlah doa
Ukirlah namaku direlung hatimu
Lihatlah mentari perlahan akan tenggelam
Biasanya kan datang rembulan di waktu malam
Angin bertiup menyentuh dedaunnan
Nampaknya menari riang ditemani rembulan
Tuhan lihatlah kami yang tiada lelah berdoa
Dibalik tirai yang sepi menanti hangatnya diri
Dibawah sinar rembulan nampak terang menipis
Tatapanmu teru indah disinari rembulan

Ingatkah kau dengan senandung lagu ini ibu? Lagu yang pernah kau nyanyikan ketika sedang dalam kegalauan. Aku melupakan lagu ini karena memang aku sudah ingin melupakanmu. Dan aku memang telah melupakanmu. Tapi aku keliru ibu, justru melupakanmu adalah awal kelabuku menghadapi masa depan. Aku gagal meraih harapan dan selalu gagal dalam sepanjang perjalanan. Hingga ketika kumenemukan satu persimpangan jalan, kutemukan satu bayangan dimana dia membawakanku setangkai lagu cinta. Lagu yang memaksakanku untuk kembali mengingatmu. Lagu senandung doa.
Bukan kesengajaan memang dan kuyakin memang bukan, karena dia tak pernah tahu tentang makna senandung doa itu tapi ini adalah petunjuk Tuhan dimana aku harus kembali mengingat pada satu wajah yang pernah melahirkanku dan pada satu wajah yang pernah membagikan kasih dan senyumnya untukku menatap dunia dan pada satu wajah yang pernah membagikan cinta atas pengorbanannya membuatku hidup dengan penyambung nyawa lewat desahan nafasnya.
Setidaknya kembali mengingatkanku bahwa surga ada dibawah telapak kakimu ibu. Dan aku harus mencari surga itu meskipun kehangatanmu kini jauh dari dekapanku tapi kuyakin kasih dan sayangmu tetap hangat diantara kesunyian-kesunyian senja menjemput malam hingga bersandar menanti cahaya sang fajar. Betapa kehangatan mentari itulah kehangatanmu yang terkirim dari surga. Sebagai kekuatan dalam hatiku bahwa hidup ini sebenarnya indah dan berkah diantara sejuta anugerah-anugerah Tuhan yang sempat kuhempas dari kenyataan.
Ibu, maafkan aku dan kini ijinkan kaki kecilku ini menampak kembali di hamparan tanah merah tempat mu istirahat. Biarkan jari jemari ini menjamah batu nisan bertuliskan namamu. Biarkan hati kecilku menyenandungkan doa-doa untukmu. Sebagai ujud nyata bahwa aku rindu padamu. Semoga kau tersenyum pagi ini laksana cahaya mentari bersinar cerah memberiku kehangatan kasih Tuhan. Dan kasih itulah kasihmu padaku. I Miss You Mom…..moga kau bahagia disisiNYA.

Kota Perantauan Diantara Senandung Kesunyian

Kekuatan Api Cinta

Hati itu terkadang seperti baja, maka jangan digergaji, dikapak ataupun di palu…

Alkisah suatu ketika, Kapak, Gergaji, Palu, dan Nyala Api sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Di suatu tempat, perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalanan. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan yang mereka miliki masing-masing.

“Itu bisa Aku singkirkan,” kata Kapak. Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam baja yang kuat dan keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu lebih tumpul sendiri sampai ia berhenti.

“Sini, biar aku yang urus,” kata Gergaji. Dengan gigi yang tajam tanpa perasaan, ia pun mulai menggergaji. Tapi kaget dan kecewa ia, semua giginya jadi tumpul dan rontok.

“Apa kubilang,” kata Palu, “Kan aku sudah omong, kalian tidak bisa. Sini, sini aku tunjukkan caranya.” Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah.

“Boleh aku coba?” tanya Nyala Api. Dan ia pun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk, dan mendekapnya erat-erat tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itu pun akhirnya meleleh dan cair…

[Sebuah Surat untuk Malaikat Maut] Ketika Kepak Sayap-mu Hujani Mata Kami

Semesta bertasbih ..
Di ratapnya orang yang bersedih
Tapi kau tak peduli
Terhadap siapa yang kau bawa pergi..

Bagai awan mendung yang menggantung
Kau tebarkan murung yang menggunung
Laksana petir yang menyambar
Kau semburkan getir yang melahar

Ooooohhhhhhhhh....
Sungguh tak ada yang dapat berlari
Tak satupun sanggup memungkiri
Bahwa setiap yang bernafas; pasti akan M-A-T-I...

Aduhai.. Betapa luasnya kuasamu ini..
Kau pisahkan sang ayah dari anak dan istri..
Kau renggut sang terkasih dari yang mengasihi...
Kau putuskan lezatnya meniti hari...

Bagai daun kering yang berguguran
Kau pekatkan aura kematian
S'perti buah kelapa yang berjatuhan
Tua-muda, semua kau beri perpisahan

"Tapi jangan khawatir", itu katamu...
"Perpisahan ini bukanlah elegi
Namun, sebuah gerbang pembuka hati
Dalam perjalanan suci menuju Ilahi"

"Namun, bagi mereka yang lalai", lanjutmu...
"Akan menunggu adzab yang pasti
dimana hari-hari bukanlah mimpi yang tak bertepi
melainkan gelap malam yang t'rus merajam diri"

Dan akupun bertanya, wahai Izrail
dalam rupa apa kau kan datang memanggil?
dalam keadaan bagaimana nyawaku kau cungkil?
dan dengan sayap yang mana, rohku ini kau ambil?

Hingga nanti.., wahai makhluk yang ditakuti
Kau akan berdiri di hadapanku sendiri
Mencuri cahaya mata dari tubuh tak-abadi
Terbangkan jiwaku melintasi mentari...

Dan kini.., wahai algojo yang tak bermurah hati
Tidakkah kau lihat, karyamu selalu hantui kami
Di saat catatan pahala-dosa t'lah terhenti
Dan, Ketika kepak sayapmu hujani mata kami...

(Oh, adakah aku tergolong "beruntung" atau "merugi"?)

Sepenggal doa Untukmu

Robb,...
Aku datang pada Mu dengan penuh kepasrahan
Ketika dihadapkan kepada pilihan terberat

Robb,...
Beri ketetapan hati untukku
Hati yang terbaik yang sama-sama kita lihat
Hati yang bukan saja menyejukkan dalam pandanganku
Tapi hati yang telah kau lihat sampai menembus relung kalbunya...

Alloh yang Maha Kuasa,
Maha melihat masa depan,
Maha mengetahui yang akan terjadi
Engkau jua yang mengetahui keinginan terdalam hatiku

Ya Alloh,...
Jika mendambanya adalah kesalahan
dan merindunya adalah kekeliruan
Tolong jangan biarkan hati ini terbuai dalam keindahan fatamorgana semu...

Jika kesempurnaannya bukan untukku...
Tolong bawa jauh dari relung hati...
Hapuskan khayalan keindahan tentangnya
dan jangan biarkan aku terlena dalam keindahannya...
Gantikan aku dengan kesempurnaan yang sebenarnya untuk dia

Tapi Tuhan,...
Jika kesempurnaanku adalah bersamanya
Beri aku kekuatan menentukan pilihan
Beri aku kesabaran dalam menjalani proses menggapainya
Jika dia memang untukku...
Jangan biarkan aku menyerah & terpuruk dalam belenggu masa lalu............

Smoga kau ridhoi kami untuk bersatu
Mengarungi sisa umur...
Menapaki jalan kearah Mu...
Dan melukis keindahan untuk dunia dan akhirat kami...

Tolong beri kesabaran yang penuh...
dalam melalui detik-detik waktu yang berjalan...

Amien......

Doa ini untuk seseorang yang telah mengingatkan tentang kekuasaan-Nya, menjadikan aku kembali merindukan cinta-Nya. Terimakasih atas semua yg pernah kita lalui.....
Smoga Alloh slalu membimbing & membahagiakan mu... Amien

Suara Yang Didengar Mayat

Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga: Keluarga, Hartanya, Dan Amalnya.

Ada Dua Yang Kembali Dan Satu Tinggal Bersamanya; Keluarga Dan Hartanya Akan Kembali Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.

Ketika Roh Meninggalkan Jasad...
Terdengar Suara Dari Langit Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia,
Atau Dunia Yang Meninggalkanmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Harta Kekayaan,
Atau Kekayaan Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menguburmu."

Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan....
Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat
Mengapa Kini Terkulai Lemah
Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih
Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara
Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar
Mengapa Kini Tuli Dari Seribu Bahasa
Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia
Mengapa Kini Raib Tak Bersuara

Ketika Mayat Siap Dikafan...
Suara Dari Langit Terdengar Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan
Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha Allah
Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah
Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan
Nun Jauh Tanpa Bekal
Kau Telah Keluar Dari Rumahmu
Dan Tidak Akan Kembali Selamanya
Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika Mayat Diusung....
Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan
Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Tobat
Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Dishalatkan.... Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan.. Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika Mayat Dibaringkan Di Liang Lahat....
Terdengar Suara Memekik Dari Langit,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia
Untuk Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita Di Sini
Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Dahulu Kau Tertawa Kini Dalam Perutku Kau Menangis
Dahulu Kau Bergembira Kini Dalam Perutku Kau Berduka
Dahulu Kau Bertutur Kata Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa."

Ketika Semua Manusia Meninggalkannya Sendirian....
Allah Berkata Kepadanya, "Wahai Hamba-Ku..... Kini Kau Tinggal Seorang Diri Tiada Teman Dan Tiada Kerabat Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap.. Mereka Pergi Meninggalkanmu.. Seorang Diri Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku Hari Ini,.... Akan Kutunjukan Kepadamu Kasih Sayang-Ku Yang Akan Takjub Seisi Alam Aku Akan Menyayangimu Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya. Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman, "Wahai Jiwa Yang Tenang Kembalilah Kepada Tuhanmu Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba-Ku Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku

Anda Ingin Beramal Shaleh...?
Tolong Kirimkan Kepada Rekan-Rekan Muslim Lainnya Yang Anda Kenal...

Surat Ibu Kepada Anak Yang Durhaka


Wahai Anakku!
Inilah surat dari ibumu yang lemah, yang ditulis dengan penuh rasa malu setelah lama mengalami keraguan dan kebimbangan. Ibu pegang penanya berkali-kali lantas terhenti, dan ibu letakkan lagi pena itu karena air mata berlinang berkali-kali yang disusul dengan rintihan hati.

Wahai Anakku!
Sesudah perjalanan waktu yang panjang, ibu rasa engkau sudah dewasa dan memiliki akal sempurna maupun jiwa yang matang. Sedangkan ibu punya hak atas dirimu, maka bacalah sepucuk surat ini; dan jika tidak berkenan robek-robeklah sebagaimana engkau telah merobek-robek hati ibu.

Wahai Anakku!
Dua puluh lima tahun yang lalu adalah hari yang begitu membahagiakan hidup ibu. Ketika dokter memberitahu ibu, ibu sedang mengandung. Semua ibu tentu mengetahui makna ungkapan itu, yakni terhimpunnya kebahagiaan dan kegembiraan, serta awal perjuangan seiring dengan adanya berbagai perubahan fisik maupun psikis. Sesudah berita gembira itu ibu peroleh, dengan senang hati, ibu mengandungmu selama sembilan bulan.

Camkanlah wahai Anakku!
Ketuaan mulai nampak dalam belahan rambutmu. Tahun demi tahun akan berlalu, dan engkau akan menjadi tua renta, sedangkan setiap perbuatan pasti akan dibalas setimpal. Engkau akan menulis surat kepada setiap anak-anakmu dengan cucuran air mata, sebagaimana yang ibu tulis untukmu. Dan di sisi Allah, akan bertemu orang-orang yang berselisih, hai Anakku. Maka bertakwalah engkau kepada Allah terhadap ibumu. Usaplah air matanya dan hiburlah agar kesedihannya sirna.

Robek-robeklah surat ini setelah engkau membacanya. Namun ketahuilah, siapa saja yang beramal shaleh, maka keshalehan itu buat dirinya sendiri, dan siapa yang berbuat jahat, maka balasan buruk bakal menimpanya.

"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat, maka (dosanya) menjadi tanggungannya sendiri. Dan Rabbmu sekali-kali tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya." (QS. Fushshilat: 46).

Ibu berdiri, tidur, makan dan bernafas dengan susah payah. Namun itu semua tidak menyebabkan surutnya cinta ibu padamu dan kebahagiaan ibu menyambut kehadiranmu. Bahkan rasa cinta dan kerinduan ibu padamu tumbuh subur dan berkembang hari demi hari. Ibu mengandungmu dalam kondisi yang lemah dan bertambah lemah, payah dan bertambah payah. Ibu sangat bahagia meski bobotmu semakin berat, padahal kehamilan itu sangat berat bagi ibu.

Itulah perjuangan yang akan disusul dengan cahaya fajar kebahagiaan setelah berlalunya malam panjang, yang membuat ibu tidak bisa tidur dan kelopak mata ibu tak bisa terpejam. Ibu merasakan derita yang sangat, rasa takut dan cemas yang tak bisa dilukiskan dengan pena dan tak sanggup diungkapkan dengan retorika lisan. Ibu telah berkali-kali melihat kematian dengan mata kepala ibu sendiri, sehingga akhirnya engkau lahir ke dunia ini. Air mata tangismu yang bercampur dengan air mata kegembiraan ibu telah menghapus seluruh derita dan luka yang ibu rasakan.

Wahai Anakku!
Telah berlalu tahun demi tahun dari usiamu, dan dirimu selalu ibu bawa dalam hati ibu. Ibu memandikanmu dengan kedua tangan ibu. Pangkuan ibu sebagai bantalmu. Dada ibu sebagai makananmu. Ibu berjaga semalaman agar engkau bisa tidur. Ibu susuri siang hari dengan keletihan demi kebahagiaanmu. Dambaan ibu tiap hari adalah melihatmu tersenyum. Dan idaman ibu setiap saat adalah engkau meminta sesuatu yang ibu sanggup lakukan untukmu. Itulah puncak kebahagiaan ibu.

Itulah hari-hari dan malam yang ibu lalui sebagai pelayan yang tak pernah menyia-nyiakanmu sedikit pun. Sebagai wanita yang menyusuimu tiada henti, dan sebagai pekerja yang tak pernah putus hingga engkau tumbuh dan menjadi seorang remaja. Dan mulailah nampak tanda-tanda kedewasaanmu. Ketika itu pula, ibu kesana kemari mencarikan calon istri yang kau inginkan. Lalu tibalah saat pernikahanmu. Denyut jantung ibu terasa berhenti dan air mata ibu deras bercucuran karena gembira melihat hidup barumu dan karena sedih berpisah denganmu.

Saat-saat yang begitu berat telah lewat. Namun engkau seolah bukan lagi anak ibu, seperti yang ibu kenal selama ini. Sungguh engkau telah mengabaikan diri ibu dan tidak mempedulikan hak-hak ibu. Hari-hari berlalu dan ibu tidak lagi melihatmu dan tidak pula mendengar suaramu. Engkau masa bodoh kepada ibu yang selama ini menjadi pelayan yang mengurusimu.

Wahai Anakku!
Ibu tidak meminta apa pun selain posisikanlah diri ibu ini seperti kawan-kawanmu yang terdekat denganmu. Jadikanlah ibu sebagai salah satu terminal hidupmu sehari-hari, sehingga ibu dapat melihatmu meskipun sekejap.

Wahai Anakku!
Punggung ibu telah bongkok. Anggota tubuh ibu telah gemetaran. Beragam penyakit telah membuat ibu semakin ringkih. Rasa sakit senantiasa mendera ibu. Ibu sudah susah untuk berdiri maupun duduk, namun hati ibu masih sayang padamu.

Andaikan ada seseorang yang memuliakanmu sehari, tentu engkau akan memuji kebaikannya dan keelokan budinya. Padahal, ibumu ini telah benar-benar berbuat baik kepadamu, namun engkau tak melihatnya dan tak mau membalas kebaikannya. Ibumu telah menjadi pelayanmu dan telah mengurusmu bertahun-tahun. Lantas manakah balas budi dan hak ibu yang harus engkau tunaikan? Sekeras itukah hatimu? Apakah hari-hari sibukmu telah menyita seluruh waktumu?

Wahai Anakku!
Ibu merasakan kebahagiaan dan kegembiraan bertambah saat melihatmu hidup bahagia, karena engkau adalah buah hati ibu. Apa salah ibu sehingga engkau memusuhi ibu, tak suka melihat ibu, dan engkau merasa berat untuk mengunjungi ibu? Apakah ibu pernah berbuat salah padamu atau pelayanan ibu kurang memuaskanmu?

Jadikanlah ibu seperti pelayan-pelayanmu yang engkau beri upah. Curahkanlah setitik kasih sayangmu. Renungkanlah jasa ibu dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah amat menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Wahai Anakku!
Ibu sangat berharap bisa bersua denganmu. Ibu tak ingin apapun selain itu. Biarkanlah ibu melihat muramnya wajahmu dan episode-episode kemarahanmu.

Wahai Anakku!
Sisakan peluang di hatimu untuk berlembut-lembut dengan seorang wanita renta, yang diliputi kerinduan dan dirundung kesedihan ini. Yang menjadikan kedukaan sebagai makanannya dan kesedihan sebagai selimutnya. Engkau cucurkan air matanya. Engkau membuat sedih hatinya dan engkau memutuskan hubungan dengannya.

Ibu tidak mengeluhkan kepedihan dan kesedihan ibu kehadirat-Nya, karena jika ibu adukan perkara ini ke atas awan dan ke pintu gerbang langit sana, ibu khawatir hukuman akan menimpamu, dan musibah akan terjadi dalam rumah tanggamu, lantaran kedurhakaanmu. Karena ibu teringat peringatan junjungan kita Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Surat Seorang Ayah dari Alam Kubur

Dalam suatu kesempatan penulis bertemu dengan seseorang yang ‘alim (berilmu) dan taat. Karena sering bertemu kami saling bertukar pendapat tentang kehidupan dan kematian. Itu terjadi sekitar puluhan tahun yang silam. Belakangan penulis mendengar khabar bahwa dia telah dipanggil Allah. Sesama muslim penulis merasa kehilangan. Sambil menahan rasa haru dan meneteskan air mata penulis berujar: “Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Ya allah kami ini milikMu dan kepadaMu juga kami dikembalikan”. Teman-teman meyakini bahwa dia pasti mati dalam “khusnul khatimah”. Sebelum meninggal dia sempat menyiapkan nasehat bagi anak-anaknya, yang dia tulis dalam lembaran-lembaran sederhana. Supaya enak dibaca maka penulis menyajikannya kembali dalam gaya Ayah. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.

Anak-anakku, pada saat kalian membaca surat ini jangan sedih berkepanjangan. Ayah telah berbeda alam dengan kalian tetapi keberadaan ayah tidak jauh. Bagi ayah kini ruang dan waktu tidak masalah lagi. Dulu pernah ayah jelaskan kepada kalian bahwa ayah insya-allah akan lebih dulu meninggalkan kalian. Ini cukup beralasan. Kalian sudah tahu sejak lama kan bahwa ayahlah yang paling tua di rumah kita - rambut ayah sudah beruban, mata sudah kabur, tulang-tulang sudah sering terasa ngilu. Sering ayah minta kalian untuk merefleksi syaraf-syaraf kaki dan minta dipijit. Jadi ayah yakin pada saatnya dipanggil Allah maka kalian tidak akan terkejut lagi. Yang kalian lakukan sama dengan yang biasa ayah lakukan bila ada teman ayah meninggal yakni mengucapkan kalimah: “Innalillahi wainna ilaihi rojiun”. Setelah itu kalian pasti akan bermusyarah dengan anggota keluarga lain, tetangga dan Badan Amal Kematian tentang pengurusan jenazah, takziah dan sebagainya. Ayah juga pernah pesan dengan kalian bahwa kalau bisa jangan lebih dari 10 jam jenazah ayah segera dikubur. Mengenai tempat dan segala sesuatunya tergantung hasil musyawarah yang kalian lakukan.

Anakku, nasehat ini ayah tujukan kepada kalian agar kalian bisa menyimak dengan seksama dan mempraktikkannya atau tidak melakukannya manakala itu tidak baik dilakukan. Sekarang ikutilah selengkapnya nasehat ayah. Anak-anakku: “Jadilah anak shaleh”. Mempunyai anak shaleh merupakan dambaan setiap mukmin, termasuk ayah. Yang dimaksud dengan anak shaleh adalah anak yang selalu berbakti kepada Allah - penciptanya, berbakti kepada orangtuanya dan juga kepada keluarganya dan bahkan kepada semua manusia termasuk tetangga dan teman-temannya. Anak yang shaleh itu selalu berbuat kebaikan dan selalu berusaha untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar. Jadi anak shaleh sangat bertolak belakang dengan anak salah.

Anak-anakku, bila engkau masih sekolah atau kuliah, usahakan untuk tidak menjengkelkan orang tua - ibumu. Bila berbuat salah selain tidak mengulanginya segeralah kau meminta maaf. Nak, sopan santunlah engkau kepada orang lain. Engkau juga harus perhatian kepada orang lain. Bila dimintai pertolongan maka tolonglah sesuai dengan kemampuanmu. Bila kau tidak bisa maka katakan dengan terus terang dan memohon maaflah.

Anakku, seyogyanya kau harus tahu diri dan tahu balas budi. Tahu diri di sini tahu menempatkan diri. Bila kau berada di tempat orang ramai maka tunjukkan sifat yang baik dan tidak sembarangan berjalan dan berkata-kata. Selalulah meminta permisi dan memberi kode dengan tangan bila ingin berjalan melewati orang yang lebih tua darimu. Dalam berbicara tunjukkan sifat kesederhanaan, yang berarti tidak ada sifat congkak atau sombong sama sekali. Gunakan kalimat awalnya dimulai dengan kata-kata seperti: “menurut hemat saya”, “kalau tidak salah pak”, “maaf pak atau maaf buk yang saya maksudkan begini”. Bila diajak berdebat sebaiknya menghindar. Tapi kalau diajak diskusi tentu dengan sopan layani dan berbicaralah semampumu dengan bahasa yang juga sopan dan simpatik. Bila diajak mengumpat atau memfitnah orang lain jangan mau nak karena itu sangat dilarang agama kita.

Anak-anakku, peliharalah kebiasaanmu yang baik-baik. Dalam mengelola waktu kau usahakan agar efektif dan efisien. Upayakan agar buku kerja atau buku agenda selalu ada. Dalam buku agenda itu kau buat catatan tentang apa-apa yang akan dikerjakan secara rinci. Bila ada pertemuan atau ada hal-hal yang penting catat dengan baik. Tidak hanya sekedar mencatat, terapkan dalam kehidupan sehari-hari hal-hal yang baik, sebaliknya bila ternyata yang dicatat itu tidak baik hindarkan.

Anak-anakku, jangan kau terlalu menyenangi permainan dan senda gurau. Manfaatkan waktumu hanya untuk hal-hal yang berguna saja. Sepulang dari shalat di mesjid atau dari sekolah susun pakaian di kamarmu. Perhatikan bila ada sampah berserakan di halaman atau di lantai rumah. Cari sapu dan mulailah menyapu. Bila ibumu atau kakak/adik lagi melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci, menstrika pakaian maka dengan senang hati bantulah atau setidaknya kau bertanya: “bu apa yang bisa saya bantu”.

Anak-anakku, selalulah kau ingat kapan waktu shalat, kapan kau harus istirahat dan kapan waktu belajar. Jadwal kegiatan selain ada dalam buku agenda juga usahakan agar ada dalam lembaran catatan di dinding sebagai bahan ingatan. Bila belajar bahasa asing seperti bahasa Inggeris jalani dengan sungguh-sungguh untuk selalu menambah “vocabulary” (perbendaharaan kata). Catatan perbendaharaan baru kau tempel di ruangan belajarmu. Ingat dan renungkan mengapa ayah salah satu temanmu, tetangga kita, dulu dari desa terpencil kok bisa sekolah di Inggris atau ibu salah seorang temanmu bisa sekolah di kota besar seperti Jakarta.

Anak-anakku, kau harus punya sifat malu. Bila didalam kamar banyak memakai kwh listrik maka segera sadarilah bahwa bayaran rekening listrik mahal. Kasihan dong sama ibu, janda ditinggal ayah harus membayar rekening listrik yang semakin lama semakin meningkat”. Nak, coba seminimal mungkin memakai alat listrik. Hindarkan untuk menghidupkan komputer, televisi, kipas angin, “exaust fan” secara bersamaan. Sebab bila itu terjadi berarti sama saja dengan menganiaya ibu. Pada waktu seperti ini berdoalah untuk kenyamanan ayah di alam kubur. Pupuk semangatmu untuk menjalani hidup lebih baik dan berkah.

Anak-anakku, tidak baik bila kau menghabiskan waktu berlama-lama di telepon. Sadarilah bahwa berbicara yang tidak perlu itu sama saja dengan pemubaziran waktu. Pemubaziran waktu itu adalah saudaranya setan. Setan adalah makhluk yang dilaknat oleh Allah. Selain itu, bila rekening telepon tinggi berarti akan menyulitkan hidup kalian. Gaji ibu dan pensiun almarhum ayah jelas akan tersedot untuk banyak keperluan lain. Bayangkan berapa jumlah biaya dibutuhkan untuk biaya makan, untuk rekening PDAM, uang kuliah dan uang sekolah/ongkos jalan adik-adik, serta biaya lainnya.

Hal selanjutnya yang selalu kau ingat dan lakukan adalah shalat, mengaji dan membaca taklim rumah serta sekali-sekali mendengarkan taklim di mesjid. Shalat adalah waktu istirahat bagimu. Shalat merupakan ruang dan waktu bagimu untuk mikraj ke langit. Konsultasikan masalah yang kau hadapi. Kepada Tuhan kau adukan kepenatan hati kalian. Di depan tuhanmu menangislah, pintalah petunjuk atau jalan keluar terhadap sejumlah persoalan yang sedang dan akan kalian hadapi. Untuk shalat itu siapkan dirimu dengan sebaik-baiknya.

Sebelum shalat periksa apakah pakaianmu bersih. Jangan kencing berdiri karena itu adalah cara anjing. Ingat bagaimana ayah kencing yakni duduk dan bersihkan kemaluan dengan seksama, gunakan air mengalir. Setelah istinja’ ambillah wudhu’ secara sempurna. Basuh tanganmu dengan seksama, bila perlu gunakan sabun atau tanah dan siram beberapa kali. Lanjutkan dengan berkumur-kumur atau gunakan siwak atau sikat gigi. Kemudian, basuh hidungmu dengan memasukkan air ke dalam hidung satu per satu.

Setelah itu nak, basuh muka sebanyak tiga kali, terus basuh tangan kanan dan kemudian tangan kiri hingga ke bagian siku masing-masing juga sebanyak tiga kali. Dalam membasuh anggota badan itu katakan dalam hatimu: “ya allah izinkan aku membasuh muka yang suka maksiat ini, tangan yang nakal ini, begitu seterusnya pada waktu kau membasuh kepala, kedua telinga dan kedua kaki. Setelah wudhu’ berdoalah, jangan lupa doa untuk ayah.

Sewaktu shalat, nak, lupakan sementara dunia yang fana. Bayangkan saat itu engkau sedang menghadap Zat yang Maha Besar, di sebelah kiri ada neraka di sebelah kanan ada surga. Pada saat shalat itu engkau membayangkan bahwa kakimu saat itu sedang meniti shiroth (jembatan yang setiap manusia melewatinya). Selama shalat dengarkan dengan seksama bacaan imam terutama pada saat kau melaksanakan shalat berjemaah - maghrib, isya dan subuh. Sebaliknya untuk shalat ashar dan zuhur shalatlah juga dengan khusuk. Anggaplah setiap shalat sebagai shalatmu yang terakhir. Ini resep ayah agar bisa khusuk dalam shalat.

Anak-anakku, karena shalatnya khusuk, orang pada zaman dahulu dianugerahi sejumlah kecerdasan. Kita juga bisa demikian. Kita akan cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, kreatifitas dan bahkan cerdas dalam penderitaan. Di sekolah atau ditempatmu kuliah insya-allah nilaimu akan bagus. Umumnya orang yang memperoleh kecerdasan seperti itu selalu mendapat pujian dari para guru dan dosennya. Ketaqwaanmu kepada Allah insya-allah semakin hari semakin meningkat. Kalian akan dibutuhkan banyak orang atas kepandaianmu itu. Jangan emosional walaupun dimarahi orang lain. Bila ada orang memarahimu tetaplah berkepala dingin. Cerdas kreatifitas artinya engkau akan memanfaatkan kondisi dan keadaan dengan baik. Jangan mau didikte oleh keadaan. Bila sewaktu musim kemarau ada sesuatu yang dapat engkau lakukan untuk kemaslahatan bersama maka lakukan itu. Bila ternyata kau bisa membantu orang lain atau orangtuamu sendiri berupa memperoleh kesempatan untuk bekerja maka hal seperti itu lakukan saja. Yang penting uang yang kau peroleh halal.

Cerdas dalam penderitaan merupakan puncak dari segala kecerdasan. Kalau di dunia ini ada anak muda menderita maka yang paling menderita adalah nabi Yusuf a.s. Dimasukkan oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur selama 3 x 24 jam, dimasukkan ke dalam penjara sekitar 7 tahun tanpa pengadilan atau dimusuhi saudara-saudaranya bertahun-tahun. Nabi Yusuf juga difitnah memperkosa. Dia juga dijadikan budak belian setelah ditemukan di dalam sumur. Karena itu anak-anakku, selalulah berprasangka baik kepada Allah. Meskipun kau ada dalam penderitaan - entah lapar, sedikit uang, pakaian sederhana, buku-buku dan peralatan sekolah terbatas - tetap tegar dan bersemangat yang pantang menyerah. Pada saat seperti itu kau akan memiliki semangat baru apalagi bila terkenang dengan almarhum ayahmu.

Anak-anakku, syukur kepada Allah selalulah menghiasi hatimu. Selalulah kau membandingkan keadaan dirimu dengan anak-anak lain yang kondisinya jauh lebih memprihatinkan. Bila ternyata kau hanya sekali-sekali makan tidak usah susah, yang penting tetap sekolah. Untuk ongkos atau biaya sekolah tentu ibumu akan selalu berjuang dengan segala cara yang halal.

Bila ternyata suatu saat harus mengelola lahan di halaman rumah untuk sesuatu agribisnis misalnya pengusahaan anggrek, berdagang atau usaha lainnya maka dengan senang hati bantu ibu atau saudaramu. Pertimbangan dengan matang apakah perlu bergabung dengan tetangga atau siapa saja untuk melakukan hal yang baik-baik. Tentang hal seperti itu selalu tanya apa pendapat ibu kalian.

Suatu hal yang penting nak agar kau tidak sembarangan dalam memilih teman. Jangan pernah menyukai orang yang nakal misalnya suka main gaple, berjudi, menonton film porno, bermain bola sodok, atau yang tidak baik lainnya. Jangan kau berteman dengan orang yang merokok, tidak istiqoma dalam shalat, durhaka dengan orangtuanya dan tidak disiplin dalam penggunaan waktu. Jangan kau keluyuran, menghamburkan uang untuk hal yang tidak perlu dan bermain-main dengan dengan lawan jenisnya, apalagi bila harus berdua-duaan dalam kamar atau menonton bioskop. Ayah ingatkan agar kau bersifat anti dengan narkoba, minuman memabukkan, nongkrong di bar atau cafe dan kegiatan sejenisnya. Bila telah ada calon jodoh maka segeralah menikah. Musyawarah juga dengan ibumu apakah dia ingin menikah lagi. Ayah meridhoi semua yang baik-baik, apalagi itu memang perintah Allah.

Anak-anakku, ayah anjurkan agar kalian selalu shalat malam (qiyamul lail). Ini perintah Allah dan sunnah nabi kita. Pada sekitar pukul 3.00 hingga pagi hari lakukan kegiatan-kegiatan yang dicontohkan rasul Muhammad s.a.w., para sahabat dan orang-orang sholeh lainnya. Lakukan shalat tahajud, shalat taubat, shalat hajat, dan shalat witir. Setelah itu baca al-qur’an dan tilawahnya. Kemudian lakukan zikir hingga waktu subuh. Setelah zikir berdoalah kepada Allah, mohon kepada-Nya untuk dicarikan jalan keluar terhadap banyak permasalahan dirimu, ibumu atau anggota keluarga yang lainnya. Jangan lupa mendoakan ampunan dan kemaslahatan serta hidayah bagi kaum muslimin seluruhnya.

Hingga di sini dulu nak catatan ayah buat kalian. Berhentilah menangis, senyumlah sejenak. Ayah masih ada nasehat untuk kalian. Anak-anakku, “Meskipun kita telah berbeda alam kalian harus mengerti bahwa setiap hari Senin dan Jum’at ayah akan selalu memperoleh laporan dari malaikat yang bertugas untuk itu tentang bagaimana amal-amal kalian. Untuk kalian camkan dalam hati bahwa ayah bisa senang pada saat-saat itu manakala dilihatkan amal-amal baik dari keturunan/zuriyat ayah. Sebaliknya ayah akan sedih manakala malaikat memperlihatkan catatan amal anak-keturunan ayah yang banyak berbuat kemaksiatan. Terserah mana yang akan kalian pilih. Karena pada saatnya nanti ayah sudah tidak bersama kalian lagi. Sebelum ayah mengakhiri nasehat ini ayah telah berdoa kepada Allah agar kalian selalu dalam hidayah-Nya dan anak-keturunan kalian semua menjadi pimpinan orang-orang yang bertaqwa”. Aamin ya Allah yarabbal ‘alamin.

Dari ayah yang telah tiada..

Kisah Perlawanan Suami Vs Iblis

Suami isteri itu hidup tenteram mula-mula. Meskipun melarat, mereka taat kepada perintah Tuhan. Segala yang dilarang Allah dihindari, dan ibadah mereka tekun sekali. Si Suami adalah seorang yang alim yang taqwa dan tawakkal. Tetapi sudah beberapa lama isterinya mengeluh terhadap kemiskinan yang tiada habis-habisnya itu. Ia memaksa suaminya agar mencari jalan keluar. Ia membayangkan alangkah senangnya hidup jika segala-galanya serba cukup. Pada suatu hari, lelaki yang alim itu berangkat ke ibu kota, mau mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan is melihat sebatang pohon besar yang tengah dikerumuni orang. Is mendekat. Ternyata orang-orang itu sedang memuja-muja pohon yang konon keramat dan sakti itu. Banyak juga kaum wanita dan pedagang-pedagang yang meminta-minta agar suami mereka setia atau dagangnya laris. "Ini syirik," fikir lelaki yang alim tadi. "Ini harus diberantas habis. Masyarakat tidak boleh dibiarkan menyembah serta meminta selain Allah." Maka pulanglah dia terburu. Isterinya heran, mengapa secepat itu suaminya kembali. Lebih heran lagi waktu dilihatnya si suami mengambil sebilah kapak yang diasahnya tajam. Lantas lelaki alim tadi bergegas keluar. Isterinya bertanya tetapi ia tidak menjawab. Segera dinaiki keledainya dan dipacu cepat-cepat ke pohon itu. Sebelum sampai di tempat pohon itu berdiri, tiba-tiba melompat sesosok tubuh tinggi besar dan hitam. Dia adalah iblis yang menyerupai sebagi manusia. "Hai, mau ke mana kamu?" tanya si iblis. Orang alim tersebut menjawab, "Saya mau menuju ke pohon yang disembah-sembah orang bagaikan menyembah Allah. Saya sudah berjanji kepada Allah akan menebang roboh pohon syirik itu." "Kamu tidak ada apa-apa hubungan dengan pohon itu. Yang penting kamu tidak ikut-ikutan syirik seperti mereka. Sudah pulang saja." "Tidak boleh, kemungkaran mesti dibanteras," jawab si alim bersikap tegas. "Berhenti, jangan teruskan!" bentak iblis marah. "Akan saya teruskan!" Karena masing-masing tegas pada pendirian, akhirnya terjadilah perkelahian antara orang alim tadi dengan iblis. Kalau melihat perbezaan badannya, seharusnya orang alim itu dengan mudah boleh dibinasakan. Namun ternyata iblis menyerah kalah, meminta-minta ampun. Kemudian dengan berdiri menahan kesakitan dia berkata, "Tuan, maafkanlah kekasaran saya. Saya tak akan berani lagi mengganggu tuan. Sekarang pulanglah. Saya berjanji, setiap pagi, apabila Tuan selesai menunaikan sembahyang Subuh, di bawah tikar sembahyang Tuan saya sediakan uang emas empat dinar. Pulang saja berburu, jangan teruskan niat Tuan itu dulu," Mendengar janji iblis dengan uang emas empat dinar itu, lunturlah kekerasan tekad si alim tadi. Ia teringat akan isterinya yang hidup berkecukupan. Ia teringat akan saban hari rungutan isterinya. Setiap pagi empat dinar, dalam sebulan saja dia sudah boleh menjadi orang kaya. Mengingatkan desakan-desakan isterinya itu maka pulanglah dia. Patah niatnya semula hendak membanteras kemungkaran. Demikianlah, semenjak pagi itu isterinya tidak pernah marah lagi. Hari pertama, ketika si alim selesai sembahyang, dibukanya tikar sembahyangnya. Betul di situ tergolek empat benda berkilat, empat dinar uang emas. Dia meloncat riang, isterinya gembira. Begitu juga hari yang kedua. Empat dinar emas. Ketika pada hari yang ketiga, matahari mulai terbit dan dia membuka tikar sembahyang, masih didapatinya uang itu. Tapi pada hari keempat dia mulai kecewa. Di bawah tikar sembahyangnya tidak ada apa-apa lagi keculai tikar pandan yang rapuh. Isterinya mulai marah karena uang yang kelmarin sudah dihabiskan sama sekali. Si alim dengan lesu menjawab, "Jangan khuatir, esok barangkali kita bakal dapat delapan dinar sekaligus." Keesokkan harinya, harap-harap cemas suami-isteri itu bangun pagi-pagi. Selesai sembahyang dibuka tikar sajadahnya kosong. "Kurang ajar. Penipu," teriak si isteri. "Ambil kapak, tebanglah pohon itu." "Ya, memang dia telah menipuku. Akan aku habiskan pohon itu semuanya hingga ke ranting dan daun-daunnya," sahut si alim itu. Maka segera ia mengeluarkan keledainya. Sambil membawa kapak yang tajam dia memacu keledainya menuju ke arah pohon yang syirik itu. Di tengah jalan iblis yang berbadan tinggi besar tersebut sudah menghalang. Katanya menyorot tajam, "mau ke mana kamu?" hardiknya menggegar. "mau menebang pohon," jawab si alim dengan gagah berani. "Berhenti, jangan lanjutkan." "Bagaimanapun juga tidak boleh, sebelum pohon itu tumbang." Maka terjadilah kembali perkelahian yang hebat. Tetapi kali ini bukan iblis yang kalah, tapi si alim yang terkulai. Dalam kesakitan, si alim tadi bertanya penuh heran, "Dengan kekuatan apa engkau dapat mengalahkan saya, padahal dulu engkau tidak berdaya sama sekali?" Iblis itu dengan angkuh menjawab, "Tentu saja engkau dahulu boleh menang, karena waktu itu engkau keluar rumah untuk Allah, demi Allah. Andaikata kukumpulkan seluruh belantaraku menyerangmu sekalipun, aku takkan mampu mengalahkanmu. Sekarang kamu keluar dari rumah hanya karena tidak ada uang di bawah tikar sajadahmu. Maka biarpun kau keluarkan seluruh kebolehanmu, tidak mungkin kamu mampun menjatuhkan aku. Pulang saja. Kalau tidak, kupatahkan nanti batang lehermu." Mendengar penjelasan iblis ini si alim tadi termangu-mangu. Ia merasa bersalah, dan niatnya memang sudah tidak ikhlas karena Allah lagi. Dengan terhuyung-hayang ia pulang ke rumahnya. Dibatalkan niat semula untuk menebang pohon itu. Ia sedar bahwa perjuangannya yang sekarang adalah tanpa keikhlasan karena Allah, dan ia sedar perjuangan yang semacam itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain dari kesiaan yang berlanjutan . Sebab tujuannya adalah karena harta benda, mengatasi keutamaan Allah dan agama. Bukankah bererti ia menyalahgunakan agama untuk kepentingan hawa nafsu semata-mata ?

"Barangsiapa di antaramu melihat sesuatu kemungkaran, hendaklah (berusaha) memperbaikinya dengan tangannya (kekuasaan), bila tidak mungkin hendaklah berusaha memperbaikinya dengan lidahnya (nasihat), bila tidak mungkin pula, hendaklah mengingkari dengan hatinya (tinggalkan). Itulah selemah-lemah iman." Hadith Riwayat Muslim

Buntut Singkong Goreng


Ada seorang penjual gorengan bernama Sutikno yang punya kebiasaan menyisakan buntut singkong goreng yang tak terjual. Sebelum pulang ke rumah, dia selalu memberikan sisa gorengan tersebut pada seorang bocah yang sering bermain di dekat tempatnya mangkal.

Tanpa terasa sudah dua puluh empat tahun Sutikno menjalani bisnis jual gorengannya tanpa ada perubahan yang berarti, masih mangkal di tempat yang sama dengan omset penjualan yang tidak berubah pula. Suatu hari datang seorang pria dengan penampilan elegan dan membawa mobil mewah berhenti di depan gerobaknya sambil bertanya,”Ada gorengan buntut singkong Bang?” “Kagak ada mas! Yang ada pisang sama singkong goreng”, balas Sutikno. “Saya kangen ama buntut singkongnya. Dulu waktu kecil dan ketika ayah saya baru meninggal tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek saya karena tidak bisa beli jajan. Saya waktu itu lalu lalang di depan gerobak abang, lalu abang memanggil saya dan memberi sepotong buntut singkong goreng,” ujar pria itu.


Sutikno terperangah, dia tidak mengira sepotong buntut singkong yang biasanya dibuang, bisa membuat pria itu mendatanginya dengan keadaan yang benar-benar berbeda. “Yang saya berikan dulu itukan cuma buntu singkong. Kenapa kamu masih ingat sama saya?” tanya penjual gorengan itu penasaran. “Abang tidak sekedar memberi saya buntut singkong, tapi juga kebahagiaan,” papar pria itu. Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya hal itu membuat sangat bahagia sehingga ia berjanji suatu saat akan membalas budi baik penjual gorengan itu.


“Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Abang. Tapi, saya ingin memberangkatkan Abang berhaji. Semoga Abang bahagia,” ujar si pria. Penjual gorengan itu hampir-hampir tak percaya, inikah balasan dari bersedekah gorengan buntut singkong…


===


Bukan Pencinta Sedekah namanya kalau tidak terinspirasi dari cerita berikut.

Nah, mari kita ganti sedekah buntut singkong dengan sedekah buntut rekening..
Maksudnya.?? Begini : Anggaplah kita punya rekening di Bank Rp.10.987.500,-
Kita bisa menyedekahkan buntutnya ;
Rp.987.500,- atau
Rp.87.500,- atau
Rp.7.500,- atau
Rp.500,-
mari sedekahkan pada orang yang tidak mampu..